“Wanita Pilihan Istriku”
Jakarta 1980
Genap 5 bulan aku menikahi Istriku. Dia wanita yang sangat cantik, baik, perhatian, lembut, penuh kasih sayang dan dialah satu-satunya wanita yang aku cintai, “kemarin, saat ini dan selamanya”. Aku sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan pendamping hidup sesuai dengan keinginanku.
Dia bukanlah wanita yang sempurna di mata orang-orang, tapi dia mampu menyempurnakan hidupku. Bukan dengan banyaknya uang atau kemewahan, melainkan dengan dia yang selalu ada di sampingku dan menjadi istri yang baik itu sudah cukup untukku.
Siang itu aku dan istriku pergi mengunjungi rumah mertua di Bogor dengan mengendarai mobil pribadi. Di tengah perjalanan, mobilku masuk ke jurang karena menghindari mobil dari arah berlawanan. Aku dan Istriku selamat dari kecelakaan maut itu, tapi aku sempat tidak sadarkan diri. Warga yang melihat kejadian itu menolong dan membawa ke rumah sakit terdekat.
Setelah 2 hari berada di rumah sakit, akhirnya aku sadar dari tidur panjangku. Kubuka mataku perlahan-lahan, tapi tak ada satu pun cahaya yang aku lihat, gelap dan semuanya tidak terlihat. Tepat di sebelah kiri telingaku terdengar teriakan ibuku keras.
“Dokter, dokter, anak saya sudah sadarkan diri.”
Tak lama kemudian dokter datang dan memeriksa keadaanku. Kecelakaan itu telah membuat kedua mataku menjadi buta. Aku sempat menangis dan tidak percaya kalau aku benar-benar buta. Tapi Ibukku terus memberiku semangat,
“Dion Anakku, kamu yang tabah ya nak, Allah SWT pasti punya rencana lain atas musibah ini.”
“Iya bu, Dion bersyukur kepada Allah SWT yang masih memberiku kesempatan untuk tetap hidup.” Ayah dan Ibukku yang duduk di sampingku memelukku erat.
“Istriku mana bu?” Tanyaku pada ibu yang masih menangis bahagia karena aku telah sadarkan diri.
“Dia baik-baik aja nak, Kamu istirahat dulu, nanti kita sama-sama menemuinya.” Jelas ibuku yang mencoba menghapus air matanya.
Istriku masih dirawat di ruang UGD. Dia mengalami masalah dengan ke dua kakinya. Saat ini dia harus menggunakan kursi roda. Kata dokter yang merawatnya, dia masih bisa berjalan lagi namun butuh waktu yang lama.
Setelah 1 minggu dirawat, aku dan istriku diijinkan dokter pulang karena keadaan yang sudah membaik. Aku memutuskan untuk pulang ke rumahku sendiri dan hanya ditemani satu pembantu yang akan merawatku dan istriku. Orangtuaku dan mertua ingin sekali merawat, tapi aku menolaknya, karena aku tidak ingin menjadi beban untuk mereka.
Hari demi hari aku lalui dengan penuh kebahagian bersama dengan istriku. Setiap pagi istriku selalu membacakan koran, membuatkan teh, dan melayaniku seperti istri pada umumnya sekali pun dia menggunakan kursi roda.
Aku mencoba melukis kembali, karena hanya dengan melukislah aku bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Perlahan uang tabunganku semakin lama semakin menipis untuk biaya berobat ke Rumah Sakit.
Tidak ada satu pun lukisan yang aku hasilkan. Dengan kedua mataku yang buta ini, aku tidak mungkin bisa melukis lagi seperti dulu. Istriku yang selalu ada di sampingku terus memberi semangat. Dia bilang lukisanku bagus, tapi kenyataannya tidak ada satu pun pembeli yang datang untuk membeli lukisan-lukisanku. Dia hanya berbohong untuk menghiburku agar aku tidak putus asa.
***************************
Siang itu, seorang wanita datang ke rumah, namanya Rany, dia adalah teman kuliah istriku. Istriku sering cerita kalau dia dulu menyukaiku, bahkan mereka bersaing untuk mendapatkanku. Akhirnya istriku yang bisa mencuri hatiku ini. hehehe
Rany menawarkan bantuan untuk membantu istriku berjalan lagi, dan sebagai imbalannya dia tinggal di rumahku agar dekat dengan kampus. Dia mengambil jurusan seni rupa, dia juga hobi dalam hal melukis. Rany dan istriku kuliah dalam satu kampus, tetapi mereka mengambil jurusan yang berbeda. Istriku mengambil jurusan ilmu hukum, dan mengambil cuti selama tahun setelah menikah denganku.
Pulang kuliah, Rany selalu menemaniku melukis. Dia juga membantuku untuk membuat lukisan. Suatu hari, ada pembeli yang membeli lukisanku. Karena terlalu semangat, Rany memelukku dan aku pun sebaliknya. Tiba-tiba Rany berbisik memberitahuku kalau istriku melihatnya.
Aku berusaha mendatangi istriku dan menjelaskan apa yang terjadi. Aku sempat menabrak kursi dan menginjak alat lukisku, tapi akhirnya aku menemukan istriku. Aku duduk di depan istriku yang masih berada di kursi rodanya.
“Istriku, apa yang kamu lihat tadi…” Istriku menutup mulutku dengan jari telunjuknya.
“Suamiku, Aku tahu yang terjadi, lukisan kamu terjual kan, aku ikut senang mendengarnya.”
“Jadi kamu tidak marah?” Tanyaku cemas dengan memegang kedua tangannya.
“Enggak, aku senang suamiku, akhirnya lukisan kamu terjual juga, dan ini semua juga berkat bantuan Rany” Jelasnya sambil tersenyum.
Rany berdiri di belakang istriku dan memegang pundaknya, istriku melepas pegangan tanganku dan memegang tangan Rany.
“Aku tidak apa-apa Ran” Jelas Istriku.
“Gimana kalau terjualnya lukisan ini kita rayakan dengan makan malam bersama” Seru Rany dengan gembiranya.
“Aku lagi tidak enak badan Ran, kamu aja sama Dion yang pergi” Istriku memandangiku dan Rany.
“Tapi” Aku berusaha menolaknya.
“Aku hanya kecapean, pergilah suamiku, istrimu ini akan baik-baik saja di rumah” Potong istriku yang terus memohon aku pergi makan malam dengan Rany.
*************************
Aku pergi makan malam di sebuah rumah makan tak jauh dari rumah. Aku dan Rany mulai membicarakan banyak hal, tentang lukisan, tentang pernikahanku dan juga kuliah Rany. Tiba-tiba Rany menarik tanganku, dia menyatakan perasaanya. Dia bilang menyukaiku, tapi dia tidak berharap aku bisa menerimanya, karena dia tahu aku sudah mempunyai seorang istri.
“Dion, aku sadar diri kok, aku hanya mengungkapkan apa yang aku rasakan sekarang. Aku tidak berharap kamu juga menyukaiku. Aku ikut bahagia melihat kalian berdua bahagia. Aku janji, suatu hari nanti aku pasti pergi dari kehidupan kalian. Tapi aku mohon jangan sekarang, Aku tidak sanggup Dion jauh-jauh dari kamu.”
Mendengar pengakuannya, aku mencoba mendekati Rany dan duduk di sampingnya.
“Ran, kamu wanita yang cantik, kamu tidak pantas dapat orang yang cacat, buta seperti aku ini, dan orang yang sudah mempunyai istri. Aku sangat mencintai istriku Ran, aku tidak bisa menggantinya dengan orang lain sampai maut memisahkan kita nanti. Aku akan selalu jaga cintaku ini. Terima kasih kamu sudah mau jujur sama aku, terima kasih juga telah mencintaiku, Tapi aku minta maaf kalau…”
Belum sempat aku meneruskan pembicaraanku, Rany langsung memelukku, Aku pun mengelus-elus punggungnya.
***********************
Tak sengaja istriku menemukan buku diary Rany yang tertinggal di atas meja ruang tamu, Karena istriku penasaran ingin tau isinya, dia membuka dan membacanya. Di halaman paling depan tertulis:
Tuhan, ijinkan aku menuliskan isi hatiku ini. Hanya padaMU aku bisa mengungkapkan apa yang ada dalam hati kecilku ini. Aku sayang dia Tuhan, jagalah dia selalu, dan bahagiakan dia. Terimakasih atas cinta yang telah Kau berikan ini.
Karena semakin penasaran, istriku membuka halaman kedua dari buku itu.
Dion, sekali pun kamu buta, dan selamanya buta, rasa cinta ini tidak akan pernah hilang. Aku lakuin semua ini demi kamu, andai saja kamu belum mempunyai istri, aku bersedia menjadi istri kamu. Aku rela dijadikan yang kedua, bahkan yang ketiga sekalipun. Entah aku yang bodoh atau tolol, aku sayang banget sama kamu Dion, tapi biarlah rasa ini aku simpan, aku tidak mau merusak hubungan kalian. Aku sudah cukup senang bisa bersamamu setiap hari.
********************
Keesokan harinya aku mendengar istriku sesekali merintih kesakitan, tapi setiap aku tanya dia jawab tidak terjadi apa-apa. Siangnya istriku meminta ijin untuk pergi ke Bogor menemui kedua orang tuanya karena ada acara keluarga. Aku ingin menemaninya, tapi dia melarangku, karena dia ingin aku menyelesaikan lukisanku. Istriku pergi menggunakan taksi yang sudah dipesannya dari pagi.
Sore menjelang malam, aku ditelpon pihak rumah sakit, dia bilang akan ada pendonor mata untukku. Dokter di rumah sakit itu mengatakan kalau ada orang yang akan meninggal karena sakit parah, dan dia bersedia mendonorkan matanya. Aku diantar Rany pergi ke rumah sakit, dia juga membawakan perlengkapan apa saja yang aku butuhkan selama di rumah sakit.
Aku menelpon istriku untuk memberitahu kabar gembira ini. Dia bilang akan kembali ke Jakarta secepatnya. Sampai di rumah sakit, dokter langsung menanganiku. Aku sempat menanyakan siapakah orang yang akan mendonorkan mata untukku, tapi dokter baru akan bercerita setelah aku selesai operasi. Waktunya sudah tiba, aku sudah berada di kamar operasi, aku pun dibius dan tak lagi sadarkan diri.
*************************
Operasi telah selesai, dokter sudah bersiap membuka perban di mataku. Perlahan dia membukanya, setelah beberapa detik selesai sudah dokter membukanya. Aku perlahan membuka mataku, cahaya itu akhirnya aku lihat kembali. Di depanku sudah ada dokter dengan satu perawat di sampingnya.
Aku melihat ke arah samping tempat tidur, terlihat kedua orang tuaku tersenyum dengan mengeluarkan air mata gembiranya. Kedua orang tuaku langsung memelukku dengan bahagia. Setelah melihat kedua orang tuaku, aku melihat Rany, aku melanjutkan lagi untuk melihat ke semua arah, tapi tidak aku temukan di mana istriku berada.
“Ran, Istriku belum datang dari Bogor?” Tanyaku sambil menatapnya. “
“Dia belum datang Dion, semalam dia mau ke sini, tapi karena hujan lebat, makanya dia tidak jadi datang.” Jelas Rany yang langsung duduk di sampingku.
“Iya, Istri kamu kalau tidak hari ini ya besuk sampai di Jakarta” Tambah ibukku.
“HPku mana bu, Aku ingin menelpon istriku” Aku mencoba mencari di sekelilingku.
“Dion, kamu istirahat dulu, nanti biar ibu saja yang mengabarinya. Istrimu nanti langsung ke rumah saja, kata dokter kamu hari ini sudah bisa langsung pulang. ”Jelas ibukku sambil menarikan selimut sampai leherku.”
Sorenya aku sudah diijinkan dokter untuk pulang ke rumah. Aku, Rany dan kedua orang tuaku akhirnya sampai di rumah, tapi istriku belum juga datang. Aku menelponnya, dan yang mengangkat adalah Ibu mertua. Aku menanyakan keadaannya, dia bilang istriku tidak jadi balik ke Jakarta karena masih ada urusan keluarga di Bogor. Aku diminta untuk menemuinya langsung ke Bogor.
Aku langsung bersiap-siap menuju ke Bogor malam itu, tapi orang tuaku melarangku karena sudah malam, dia takut terjadi apa-apa dengan keadaanku. Aku memutuskan untuk pergi ke Bogor keesokan harinya. Nomor telpon istriku dari malam itu sampai pagi harinya tidak aktif, aku semakin cemas, takut terjadi apa-apa dengannya.
Pukul 7.00 aku langsung pergi ke Bogor ditemani Rany dan kedua orang tuakku. Setelah satu setengah jam perjalanan, sampailah aku di rumah istriku. Sepertinya telah terjadi pesta di sana, karena masih ada banyak kursi-kursi tamu. Aku berfikir mungkin keluarga dari istriku sedang melakukan acara keluarga dan mengundang orang-orang di sekitarnya. Kami disambut hangat oleh keluarga istriku, setelah bersalaman dengan semua anggota keluarga istriku yang kebetulan semua berkeumpul di sana, aku mulai mengobrol dengan Ibu mertuaku.
“Ibu apa kabar?” Tanyaku dengan mencium kedua tangannya.
“Alhamdullilah Dion, gimana mata kamu?” Dia menangis dan langsung memelukku.
“Alhamdullilah bu, Dion sudah bisa melihat lagi” Ibu mertua menatapku terus menerus dan sesekali memegang mataku.
“Istriku di mana bu?”
“Ada Dion, ada, dia ada di sana, nanti kita menemuinya” Ibu mertua menunjuk ke arah yang jauh”
Tak lama setelah kami berbincang, aku diantar Ibu mertua menemui istriku. Aku semakin bingung di mana istriku berada, karena mobil yang aku tumpangi hanya berhenti di pinggir jalan raya. Aku terus mengikuti ibu mertua berjalan. Tak sekali pun aku bertanya lagi, karena aku asyik melihat-lihat pemandang di sekelilingnya dengan hamparan sawah yang menajubkan. Setelah lima menit kami berjalan kaki, terlihat di depanku sebuah pemakaman yang cukup besar.
“Apa maksud ini semua bu?” Tanyaku yang semakin bingung dan perasaanku yang semakin tidak enak.
“Dion, ibu percaya kamu bisa terima ini semua, pergilah ke ujung sana, istrimu ada di sana, jenguklah dia, dia sudah menunggumu” Ibu mertua menangis dan meningalkanku. Aku pergi ke arah ibu mertuaku menunjuk,
Shinta Maudy Bin Fajar, Lahir Bogor 21 Agustus 1959. Tertera di sebatang kayu yang diukir dan ditanam di tanah.
“Sintaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” Teriaku keras.
***********************
Suamiku, aku bahagia telah menjadi istrimu walau hanya sesaat. Maafkan aku suamiku, karena aku bukanlah istri yang terbaik untukmu. Aku pergi bukan karena kamu tidak pantas untukku, tapi karena akulah yang tak pantas mendampingimu. Aku tidak secantik dulu lagi, wajahku hancur karena kecelakaan itu, dan kedua kakiku harus diamputasi. Aku malu Suamiku, Aku malu bersanding denganmu. Aku pergi karena aku sayang kamu suamiku, lihat lah dunia ini dengan matamu, dan kita akan melihat dan merasakannya bersama.
Rany adalah wanita yang sangat baik, aku sungguh mengenalnya. Menikahlah dengannya dan sayangi dia seperti kamu menyayangiku. Aku sungguh MENCINTAIMU suamiku. Kenanglah aku selalu dalam kehidupanmu, ceritakan Aku pada anak dan cucu-cucumu kelak.
Ini adalah sepucuk surat dari istriku sebelum dia meninggal. Dia menitipkannya kepada Rany. Istriku tidak pergi ke Bogor saat itu melainkan pergi kerumah sakit. Kedua kakinya mengalami inpeksi yang cukup serius dan harus segera diamputasi, tetapi dokter tidak terlalu yakin kalau bisa menyelamatkan hidupnya. Sebelum operasi, dia berpesan kepada dokter kalau operasinya gagal maka kedua matanya akan diberikan kepadaku.
Di balik kertas itu ada foto kami berdua, foto saat aku melukis dan istriku memelukku dari belakang. Terlihat istriku tersenyum dengan wajahnya yang rusak dan penuh dengan jahitan.
Bali 2010
Hari ini, genap sudah 30 tahun istriku pergi. Aku menghabiskan sisa hidupku di Bali, tidak menikah dengan wanita pilihan istriku, tetapi tetap setia untuknya. Hatiku ini sudah miliknya, dan tak akan pernah kuberikan untuk orang lain. Aku dan istriku selalu bersama-sama menatap dunia ini. Bagi orang lain mungkin istriku sudah tiada, tapi bagiku, dia masih hidup. Dia akan selalu hidup bersamaku sampai ajal menjemputku kelak, karena dia telah menyatu denganku melalui kedua mata yang telah diberikannya.
Pagi ini seperti biasa, yang aku lihat adalah lukisan-lukisan istriku, karena cintaku kepadanya tidak akan pernah terganti. Aku tidak akan pernah berhenti melukisnya dan tidak akan pernah menyesal mencintainya sampai nanti.
Jagalah cinta kalian seperti kalian menjaga diri kalian sendiri.
SELESAI
Baca juga:
http://harjunatbm.com/index.php/2018/11/27/cerpen-berjudul-celengan/
So touching love story ini Bang Juna. Indahnya tautan kata per kata. Semoga wanita pilihan istri ku ini menemukan pelabuhan hati yang baru ya. Ups, kali aja mau dibuat cerita bersambung.
Cerita yang cukup menyedihkan. Keikhlasan seorang istri kepada suaminya.
Biasanyaa orang menulis ceroen berdasarkan pengalaman pribadi, ini hebat loh Juna bisa menuliskan dilema seorang istri, juga cinta seorang suami yg begitu besar, padahal belum ada pengalaman hehehhee. Salut
juna melow cerpennya. jd sedih akutuuuu… hiks. istrinya baik bgt kasi mata utk suami
Ini ceritanya bikin terharu, mau nangis bacanya. Seperti ini mungkin yaa cinta sejati itu
Pas baca judul.. lgsg kaget.. kirain jina udah bener2 punya istri.. awalnya gak ngeh ini kalau ini cerpen.. cerpen mengharu biru
Sekarang Pak Suaminya tinggal di Bali sebelah mana? Pen ngobrol2 akutu
Ya ampun pas panggil shintaaaa itu enggak sadar aku nangis, berasa banget kehilangannya.
Edun, ini serius Junaedi yg nulis? Warbiasak. Berbakat halu melow romantis juga ternyata. Tersentuh gw bacanya Jun. mengejutkan
tersentuh sama jalan ceritanya, ini nih yang dinamakan kisah cinta sejati. walaupun ada perempuan yang fisiknya jauh lebih sempurna, tapi Dion ini tetap memilih istrinya. emang kalo udah cinta pake hati gk akan bisa ke beli sama apapun, sisain satu yang kayak gini ya Allah
So sweet. Ga bisa move on, padahal udah dipilihkan calon istri sama mantan istri.
Bagus cerpennya. Tapi kalau di kehidupan nyata, kasus kek gini berapa banyak ya. Mungkin hanya segelintir orang orang tulus yang mencintai dari hati yang mampu bertahan sendirian.
Atau terlalu terluka sampai akhirnya ga sanggup lagi mencintai yang lain. Jadi berspekulasi.
Tapi alur ceritanya bagus sih, pas baca bali 2010 ternyata bukan sesuai ekspektasi. Walau di awal awal pas istrinya ke bogor, trus ada pendonor. Udah ketebak pasti istrinya bakal mati. Tapi endingnya epik.
Cinta sejati. Sang istri telah menyiapkan semuanya demi kebahagian suami.
Dan sang suami membalasnya dengan kesetiaan sejati.
Utopis tapi sarat moral of the story..hehe..
Smoga kita smua punya ketulusan seperti tokoh Dion..
Nice story 🙂
Udah lama gak baca cerita mellow, jadi ter-trigger untuk membuat cerpen juga. Keren cerpennya. Bisa diikutin di lomba nih.
Waah… aku kira bakalan nikah sama Rany wanita pilihan istrinya Dion, ternayata Mas Dion ini tetap setia dengan mendiang istrinya yaa. ya ampun, sediih…
Sosok Dion ini perlu ditiru nih, baik untuk laki2 atau perempuan. Banyak yg istri/suaminya masih ada tapi malah main hati ke perempuan/laki2 lain huft… kzl yaa walau engga semua.
Jun.. beneran ini yang nulis junaa? Hahah..
Keren looh bisa nulis cerpen melow istri suami gini.. saluut..
Sedih baca cerita ini. Bagus tulisan cerpennya. ada part duanya nggak?
Ya ampuun…terharu bangeeet. Ketulusan keikhlasan dalam mencintai kedua pasangan itu.
Setia banget Dion, terharu aku tuh bacanya.
Btw, istrinya itu ke Bogor apa ke Bandung Jun? typo kayanya ya.
Aku terhanyut baca cerpennya. Masih ada ya ternyata tokoh yang setia seperti Dion.
Keren!
Kok aku sedih ya… kasian dion, kasian juga Istrinya….. tapi kesetiaan mereka perlu kita tiru
Menyentuh banget ceritanya. Mudah2an kita bisa mencintai sebaik cinta mereka
Kukira aku baca cerpen yang sudah dibukukan sampai kemudian aku baca komentar-komentar orang lain. OMG, Papjun you are amazing
Sebuah cerita pengorbanan tentang cinta, walaupun ceritanya sudah tertebak di tenga jalan.
Nice short story Mas Edikuh
Duhh sedih banget endingnya, tp salut sihh sama suami yg ttp menjaga kesucian cinta mereka. Padahal awalnya agak kesel.. Hehehe…
Terharu banget sama jalan ceritanya. .. Apakah juna bisa setia seperti laki-laki wanita pilihan istriku, hehehehe
Ini cerpen hasil riset atau fiksi ya? Benar2 menyentuh pembaca. Tema cinta yang mengharukan dan kesetiaan Dion yang luar biasa.
Sampe nangis aku baca iniii. Ceritanya sederhana tapi menyentuh banget. Aku kira Dion bakal nikah sama Rany, ternyataaaa.
bang Junaaaaa, tanggung jawabbb, aku nangiss baca ini..
aku langsung merasakan bila perempuan itu adalah aku, imajinasiku langsung berjalan dalam pikiranku hiks hikss hiks.. sedihh bangjun sedihhh akutuh..
Keren banget si ini cerpennya, jadi meledak ceritanya ketika si dion dikasi kejutan pas ke pemakaman.
Keren Bg isi cerpennya, terharu gitu sama pengorbanan istrinya
Mantap sih ceritanya, cinta yang penuh dengan dilema. Wanita Pilihan Istriku ini ada lanjutannya gak yaaaaa kira kira.
Jun, cerpennya terinspirasi dari istri mu yang mana? Hahhaa
Kalau suaminya Juna mah, trus yang jadi istrinya dia mah rela” aje yee Jun berkorban, jangankan mata jiwa raga dan hati pun diberikan hahaha.
Haaa… lsg mewek.. hiks.. harus nya ada intro sebelum membaca “Wanita Pilihan Istriku” sediakanlah tisu.. huhu..
A very touching and sweet story…wanita pilihan istriku yang bukan pilihanku…karena ia masih selalu bersama istrinya melalui matanya, maka ia nggak berpaling ya..keren Jun!
Jagalah cinta kalian seperti kalian menjaga diri kalian sendiri…uwoo
Sungguh kesetiaan akan mendapatkan imbalan. Daleeem bangets pesan moralnya. Suka!!
Keren banget ya ceritanya.
Btw, ada yang begini di jama sekarang bangjun??
Bagus, ceritanya lumayan bikin hati jadi melow.
Wanita yang hebat, sampai merelakan dirinya berkorban untuk suaminya karena menginginkan yang terbaik untuk suaminya tersebut.
Seandainya semua wanita di dunia seperti mereka ya mas jun… Duhhhh…. Senangnyaaaaa….